Rabu, 21 September 2016

SPSS in Education Research

"Ilmu itu adalah perhiasan yang paling menawan dan tiada tandingannya bagi orang yang benar-benar ikhlas mencarinya." -unknown motivation-

Olah data SPSS (SPSS 15.0.1 - November 2006) sebenarnya sudah lama muncul dalam membantu mengolah data di berbagai bidang seperti riset pasar, pengendalian dan perbaikan mutu, juga riset sains juga dunia pendidikan, yang isinya meliputi guru, siswa, dosen, dan mahasiwa. Program SPSS ini sangat membantu karena dalam pengolahan data, hasilnya yang dicapai dapat dipertanggungjawabkan dan terpercaya.

Kadang ilmu yang gak disangka-sangka bisa dengan mudahnya kita pelajari dari menolong orang. Bukan dengan imbalan apa-apa, niat tulus membantu. Senior di pasca sarjana dalam thesissweetmoment-nya meminta saya untuk mengolah data penelitian nya. Sedikit panik, dikarenakan saya masih pemula dalam mengolah data menggunakan SPSS, cuma bermodal searching sana sini. But, dari sinilah saya mendapat ilmu, semakin banyak dipelajari, semakin banyak dibaca.

Biasanya saya hanya menggunakan t-test untuk membandingkan dua metode pengajaran dengan tujuan metode mana yang lebih effective dalam pengajaran suatu kemampuan berbahasa siswa. Kali ini dengan 4 variable (thesis si kawan), terdiri dari X1 (STAD method), X2 (Word Square Method), X3 (Conventional) sebagai dependent variable, juga Y (students' ability in comprehending descriptive text) sebagai independent variable.

Dosen pembimbing menyarankan testing hypothesis dengan menggunakan koefisen two way ANOVA, karenakan variable sudah melebihi 2.

Searching kesana kemari, dari halaman satu ke halaman lain, dan dari satu hari sampai bermalam-malam. Alah, lebay dulu. Kebanyakan contoh yang ditampilkan adalah penelitian pasar, jarang sekali penelitian pendidikan. Maka dari itu saya mencoba menjelaskan langkah-langkah olah data penelitian pendidikan.

Terlebih dahulu yang saya sampaikan disini merupakan hasil dari pengerjaan olah data SPSS (version 21) oleh saya sendiri, saya juga masih pemula yang mencoba mempelajari terus dalam dunia research, sehingga kurang dan lebihnya jika ada yang salah saya mohon nasehat, saran dan pertanyaan. Bisa kontak di email : yuliadamanik44@gmail.com dan id line : yuliarizki.

Hasil yang didapat adalah sebelum melakukan testing hypohesis, seharusnya kita uji test validity dan reliabilty instrumen penelitian, setelah itu test normalitas dan juga tes homogenity. Bisa dicek apa itu uji test di atas disini, yang menggunakan skala guttman bisa dilihat disini, dimana rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Contoh Uji Normalitas dan Homogenitas, dan penjelasan langkah-langkah dalam olah data penelitian menggunakan SPSS disini. Dan untuk membuat deskripsi data disini.

Nah, selanjutnya testing hypothesis dengan menggunakan koefisien two way ANOVA, caranya bisa dilihat disini.

Tulisan ini masih berlanjut yaa dan masih akan terus di update sesuai dengan temuan dalam penelitian thesis si kawan. :D. Kalau saya Insya Alloh awal tahun menyusul thesis, masih berkutat dengan teaching practise pada mahasiswa sarjana. :D



Sabtu, 10 September 2016

cuap...cuap...

Kenapa saya berakhir dengan gelar S.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris? Bukan karena saya tidak menyukai pelajaran satu ini sehingga saya harus melontarkan kalimat pertama di atas, dari Sekolah Dasar sampai SMA nilai saya tidak pernah kurang dari delapan untuk mata pelajaran bahasa inggris, dan dukungan dari papa juga berupa puluhan buku-buku pelajaran untuk lebih mendalami bahasa tersebut. Hanya saja, sewaktu masa sekolah saya, terlalu menganggap enteng pelajaran, tidak pernah belajar dirumah atau sekedar membaca buku, yang ada membaca komik dan novel dari langganan yang sebulannya bisa sampe beratus komik dan novel. Hehe, mulai dari sahabat saya Sofia (sahabat SD dan SMP), sampai  Dina (sahabat SMA) sama-sama fans berat komik dan novel. Anehnya, tak pernah belajar tapi selalu mendapat ranking 2-3, paling tidak dalam 10 besar. Alhamdulillah ya… tapi dari situlah saya selalu menganggap enteng tiap pelajaran.(tolong yang ini jangan dicontoh).

Sewaktu SMA, saya memilih jurusan IPS, alasannya klise, gak suka Kimia, sama sekali gak suka. Gimana gak suka, asal pelajaran Kimia saya selalu cabut kelas. DI IPS dari kelas XI ke XII, saya pernah mewakili sekolah untuk pemilihan kandidat Pemerintah Kota dalam Olympiade Sains jurusan Ekonomi Akuntansi. Dan syukur masih diberi kesempatan untuk membawa nama Pemko di ajang Provinsi. Pada waktu itu, saya kira memang bakat saya di Akuntansi, dan berniat melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara. Sayang disayang, saya harus mengikuti kata papa untuk tetap kuliah di kota kelahiran saya ini dan berakhir pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Padahal, jika saya lulus di USU kemungkinan besar sponsor Beasiswa saya akan memperpanjang beasiswanya, karena di SMA saya mendapatkan full beasiswanya. Makasih, Sampoerna Foundation. Mungkin karena dipaksa, akhirnya saya tidak pernah serius untuk mengikuti perkuliahan. Alhasil, saya menyelesaikan S1 saya dalam kurun 5 tahun, lebih lama setahun dari kawan yang lain.

Setelah menyelesaikan kuliah, saya sebagai alumni juga bekerja sebagai staf bagian akademik dan kemahasiswaa, yang kerjanya penuh berkas.  Setelah bekerka selama dua tahun barulah ada niat untuk melanjutkan sekolah lagi, apalagi ruang lingkup kerja saya ya disitu situ saja, seputaran universitas. Dan yang men jadi motivasi saya adalah papa. Papa yang merupakan dosen swasta, yang dulunya mengajar mahasiswa juga ikut membantu mama menjual kue demi membeli bando anak gadisnya. Huhuhuhu.

Skip, cerita masa lalu. Btw, sekarang saya merupakan mahasiswa Pasca Sarjana Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar program studi pendidikan bahasa inggris semester 3 (TA. 2016-2017 loh ya). Kenapa sih terdampar di universitas ini? Awalnya, dengan pertimbangan dan pengetahuan yang sangat minim saya meng-kepo-in universitas di Sumatera yang memiliki jurusan pendidikan bahasa inggris. Bisa saja sih, saya ambil manajemen di UISU atau linguistic di USU, hanya saja saya ingin ke-linearitas-an jurusan saya. Saya yakin, ini ke depan bakal banyak peraturan baru untuk cados di wilayah PTN dan PTS kopertis. Cuma ada tiga universitas di Sumatera yang memiliki pasca sarjana pendidikan bahasa inggris, yaitu Unsyiah Aceh, UNP dan Nommensen. Eng ing eng, akhirnya milih UHN, karena n ada kelas eksekutif, kamis-sabtu, saya bisa pulang pergi Siantar – Sidimpuan tiap minggu, dengan bekal surat izin belajar dari rector,biaya SPP juga termasuk termurah. Syukur Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa kuliah, ehem, untuk pasca sarjana ini, saya bermodal nekat dengan biaya sendiri, Insya Alloh dipermudah.

Oke deh, sekian dulu pembuka blog. Oh ya, niat awal saya untuk membuat blog ini adalah sharing mata kuliah yang saya pelajari di UHN, sebagai bahan ajar untuk saya nanti, dan juga yang paling utama adalah belajar menulis. Mau tidak mau, saya harus menulis. Karena menulis merupakan salah satu kemampuan dasar berbahasa. Hidup jurusan bahasa :D