Kenapa saya berakhir dengan gelar S.Pd Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris? Bukan karena saya tidak menyukai pelajaran satu ini sehingga
saya harus melontarkan kalimat pertama di atas, dari Sekolah Dasar sampai SMA
nilai saya tidak pernah kurang dari delapan untuk mata pelajaran bahasa
inggris, dan dukungan dari papa juga berupa puluhan buku-buku pelajaran untuk
lebih mendalami bahasa tersebut. Hanya saja, sewaktu masa sekolah saya, terlalu
menganggap enteng pelajaran, tidak pernah belajar dirumah atau sekedar membaca
buku, yang ada membaca komik dan novel dari langganan yang sebulannya bisa
sampe beratus komik dan novel. Hehe, mulai dari sahabat saya Sofia (sahabat SD
dan SMP), sampai Dina (sahabat SMA)
sama-sama fans berat komik dan novel. Anehnya, tak pernah belajar tapi selalu
mendapat ranking 2-3, paling tidak dalam 10 besar. Alhamdulillah ya… tapi dari
situlah saya selalu menganggap enteng tiap pelajaran.(tolong yang ini jangan
dicontoh).
Sewaktu SMA, saya memilih jurusan IPS, alasannya klise, gak
suka Kimia, sama sekali gak suka. Gimana gak suka, asal pelajaran Kimia saya
selalu cabut kelas. DI IPS dari kelas XI ke XII, saya pernah mewakili sekolah
untuk pemilihan kandidat Pemerintah Kota dalam Olympiade Sains jurusan Ekonomi
Akuntansi. Dan syukur masih diberi kesempatan untuk membawa nama Pemko di ajang
Provinsi. Pada waktu itu, saya kira memang bakat saya di Akuntansi, dan berniat
melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara. Sayang disayang, saya harus
mengikuti kata papa untuk tetap kuliah di kota kelahiran saya ini dan berakhir
pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Padahal, jika saya lulus di USU
kemungkinan besar sponsor Beasiswa saya akan memperpanjang beasiswanya, karena
di SMA saya mendapatkan full beasiswanya. Makasih, Sampoerna Foundation. Mungkin
karena dipaksa, akhirnya saya tidak pernah serius untuk mengikuti perkuliahan.
Alhasil, saya menyelesaikan S1 saya dalam kurun 5 tahun, lebih lama setahun
dari kawan yang lain.
Setelah menyelesaikan kuliah, saya sebagai alumni juga
bekerja sebagai staf bagian akademik dan kemahasiswaa, yang kerjanya penuh
berkas. Setelah bekerka selama dua tahun
barulah ada niat untuk melanjutkan sekolah lagi, apalagi ruang lingkup kerja
saya ya disitu situ saja, seputaran universitas. Dan yang men jadi motivasi
saya adalah papa. Papa yang merupakan dosen swasta, yang dulunya mengajar
mahasiswa juga ikut membantu mama menjual kue demi membeli bando anak gadisnya.
Huhuhuhu.
Skip, cerita masa lalu. Btw, sekarang saya merupakan
mahasiswa Pasca Sarjana Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar program
studi pendidikan bahasa inggris semester 3 (TA. 2016-2017 loh ya). Kenapa sih
terdampar di universitas ini? Awalnya, dengan pertimbangan dan pengetahuan yang
sangat minim saya meng-kepo-in universitas di Sumatera yang memiliki jurusan
pendidikan bahasa inggris. Bisa saja sih, saya ambil manajemen di UISU atau
linguistic di USU, hanya saja saya ingin ke-linearitas-an jurusan saya. Saya yakin,
ini ke depan bakal banyak peraturan baru untuk cados di wilayah PTN dan PTS kopertis.
Cuma ada tiga universitas di Sumatera yang memiliki pasca sarjana pendidikan
bahasa inggris, yaitu Unsyiah Aceh, UNP dan Nommensen. Eng ing eng, akhirnya
milih UHN, karena n ada kelas eksekutif, kamis-sabtu, saya bisa pulang pergi Siantar
– Sidimpuan tiap minggu, dengan bekal surat izin belajar dari rector,biaya SPP
juga termasuk termurah. Syukur Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa
kuliah, ehem, untuk pasca sarjana ini, saya bermodal nekat dengan biaya
sendiri, Insya Alloh dipermudah.
Oke deh, sekian dulu pembuka blog. Oh ya, niat awal saya
untuk membuat blog ini adalah sharing mata kuliah yang saya pelajari di UHN, sebagai
bahan ajar untuk saya nanti, dan juga yang paling utama adalah belajar menulis.
Mau tidak mau, saya harus menulis. Karena menulis merupakan salah satu kemampuan dasar berbahasa. Hidup jurusan bahasa :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar